Skip to main content

SALIB Kristus Retak di Papua Dalam Dominasi Kristen KTP


Kekristenan di tanah Papua sudah tentu bukan hal yang harus di ragukan.  Kekristenan di papua berawal sejak 05 Februari 1855, saat ucapan DENGAN NAMA TUHAN KAMI MENGINJAK TANAH INI oleh dua misionaris muda Jerman, yaitu Ottow dan Geisler di Pulau mansinam manokwari. Sejak saat itulah injil di mulai dan terus di kumandangkan ke seluruh pelosok negeri ini. Itulah awal peradaban penginjilan hingga 90 persen orang Papua menyatakan diri telah menjadi kristen dan di baptis. 
Selama 164 tahun lamanya orang papua menjadi kristen dan terus bergerak dalam kekristenan yang serba luarbiasa dengan multivarian denominasi yang terus berhimpun dalam organisasi besar gerejawi, serta mewartakan injil Kristus di atas tanah Papua tercinta sampai Tuhan sang pemilik injil datang kembali.


Jemaat Era Digital 

Dalam konteks kehidupan bergereja di Papua belakangan ini boleh dikata mengalami deformasi dari dalam tubuh gereja itu sendiri, bermula dari menjamurnya jemaat dan pemuda kristen apatis di tambah lagi dengan minimnya kreatifitas pemuka agama dalam rangka menumbuhkan iman kekristenan yang kian merosot, jemaat di era digital jika tidak di bina dengan formula pembinaan yang berirama surgawi secara bijaksana maka yang ada adalah kahancuran jemaat secara sistemik dengan cara ceramah monotonnya, bahwa munculnya era bebas dengan kemegahan dunia sinis dan serakah yang menawarkan kemewahan dan kejayaan individu, justru mengarahkan pandangan para pemuda kristen pada hal-hal instan, sudah tidak lagi mengenal nilai perjuangan dan militansi pekabaran injil secara total dan berkesinambungan, serta munculnya klaster tertentu dalam tokoh-tokoh gereja lebih pada aspek materialistik di banding menjalani amanah dan misi gereja guna merangkai tali kekeluargaan surgawi yang solider dan utuh terutama dalam hal mewartakan kabar surgawi, dan menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan bergereja dan berjemaat di era digital yang serba individualistis dan serba instan.
Perspektif bahwa, mengabarkan injil dalam jemaat sebagai sarana pencapaian puncak tertentu, dengan membungkam suara kenabian akan api kepekaan sebagai tolak ukur perkecambahan nilai moralitas sebagai kewajiban dalam beragama kristen yang ada sejak dahulu kala terus tersudutkan, serta makin menguak dengan bertebaran fakta kegagalan gereja dalam membina iman kristiani. Ibadah di gereja itu tidak saja menjadi kebiasaan ibadah jemaat, melainkan di pandang penting sebagai kewajiban berjemaat yang kini kian merosot, dan terus terbangun dalam opini kaum pemerhati sadar bahwa reformasi kehidupan berjemaat sangat amat di butuhkan.
http://members.tjc.org/sites/en/id/Lists/Santapan%20Rohani/Citra%20Orang%20Kristen%20di%20Era%20Digital.aspx 
http://lead.sabda.org/pemimpin_kristen_dalam_era_digital


Melawan Dominasi Kristen KTP 

Di tengah kemerosotan iman kristiani inilah tidak dapat di pungkiri bahwa kekristenan KTP mulai menjamur kian subur. Benar adanya bahwa sebagai warga negara harus ada Kartu Tanda Penduduk sebagai identitas diri dalam bernegara. Akan tetapi bagaimana dengan identitas diri dalam bergereja, apakah cukup dengan bolak-balik gereja tiap minggu sebagai tradisi orang kristiani? KTP sebagai simbol identitas warga negara maka apanya yang berperan sebagai simbol identitas warga gereja? Sangat amat sadis, sinis,  dan arogan serta begitu joroknya jemaat kristen jika menjadikan hari minggu sebagai tradisi yang harus di pelihara, melainkan bukan sebagai kewajiban yang harus di tunaikan. 
Identitas diri sebagai warga jemaat seharusnya di perlukan di era bebas ini,  yang rajin beribadah saja tidak ingat akan daratan apalagi yang tidak pernah sama sekali, disini memperlihatkan akan perbedaan tetapi juga mempertontonkan betapa kacau balaunya struktural jemaat di era digital. Bukan soal gedung baru dan megah tetapi soal bagaimana umat Tuhan terus terpelihara dalam satu ikatan kasih Kristus. Para tokoh gereja tidak lagi adanya sinkronisasi ide dalam kebijakan pemerintah dengan konsensus bersama akan pembuatan KTP berdasarkan kriteria bernuansa keumatan, andaikata jika ada warga jemaat yang hendak membuat KTP maka, Kekristenan yang bersangkutan benar-benar mumpuni sebagai aset gereja dan sudah tentu harus selaras dengan kepekaan lahiriah dan batinia sebagai murid Kristus, jika belum nampak maka di tunda pembuatan kartu identitas umum/KTP,  apapun risikonya, misalnya tanpa KTP tak dapat terbang ikut pesawat atau untuk kebutuhan lainnya adalah dianggap penting dan merupakan konsekuensi daripada pembinaan keimanan. Andai saja ini menjadi syarat maka gereja tidak perlu meragukan ke mana jemaatnya kelak di akhirat nanti, tentu masuk surga.

Dengan demikian maka, jangan dengan dalil kebutuhan zaman lalu mengesampingkan akidah yang merupakan hal mendasar dan mutlak bagi kehidupan orang beriman. Tak bermaksud menggurui siapapun untuk menjadikan referensi dalam penegakan agama kristen radikal, sebab di dalam kristen tidak ada varian radikal, dalam pengutaraan ini hanyalah sebagai standarisasi pembuatan KTP sebagai warga jemaat, agar jemaat tidak di eksploitasi oleh tirani zaman serba bebas. Bukan juga waktunya meragukan identitas jemaat, jemaat tidak perlu di identifikasi dengan KTP namun guna purifikasi intervensi congkaknya zaman, dengan demikian jemaat kristen perlu dalam sinkronisasi data baik sebagai warga negara tetapi juga warga gereja. Dalam konteks warga gereja perlu adanya standarisasi pembinaan iman kristen, guna kepentingan sinkronisasi dimaksud maka, benar-benar gereja harus menghimpun data jemaat serta merekomendasikan pembuatan KTJ/KTP sebagai warga jemaat, berdasarkan pangkalan data jemaat dimana ia berdomisili, dan dalam persekutuan apa ia aktif di dalam jemaat. Hal ini di kemukakan tidak untuk memaksa setiap kita menilai keimanan seseorang yang berhubungan erat dengan vertikalnya interaksi dalam aspek adikodrati dengan Tuhan. Tetapi ini di kemukakan sebagai upaya rekayasa kulminasi iman dan nilai kekristenan dalam kehidupan berjemaat dari latarbelakang apoptosisasi iman kristen di akhir zaman adalah peran bersama sebagai murid Kristus.  Guna upaya preventif dari munculnya kemungkinan buruk sebagi perpecahan serta disorientasi dalam beragama terutama dalam merawat kerukunan ciptaan Tuhan.
http://www.gracedepth.com/ciri-ciri-kristen-ktp/
http://www.golgothaministry.org/artikel/art_orangkristenktp.htm 
https://www.facebook.com/notes/doa-dan-curhat-dlm-kristus/kristen-ktp-1-yohanes-1-5-10/216220211727929/


Spekulasi Konflik di Era Kristen KTP

Ketika jemaat Tuhan tidak lagi mengamalkan nilai kekristenan akibat merajalelanya kristen KTP, secara simultan pula menjadi lahan empuk bagi kaum radikal dan teroris berserakan dimana-mana. Sebut saja kasus Jafar Umar Thalib adalah salah satu dari gamabaran struktur kekristenan yang bobrok dan rapuh. Bahwa pertanyaanya adalah mengapa selama orang Papua mengakui Papua tanah injil penuh damai, tetapi masih saja ada kelonggaran untuk kaum serakah ini terus berkeliaran? Kasus JUT merupakan baru salah satu dari sekian banyak yang tersembunyi membisu. Bekas teroris di pulau jawa dan Maluku dan lainnya mereka di mana sekarang? Apakah orang papua susah pastikan Papua tetap aman?  Efek jerah hukuman kurungan di negara ini tidak terlalu ketat bagi kaum teroris, dan bagi paham radikalisme yang sering menjadikan pluralisme sebagai musuh doktrin mereka. 
Tanah Papua belakangan ini menjadi miniatur Republik Indonesia yang majemuk, sejuk segar bagi pertumbuhan pluralisme dengan subur dan itu bisa jadi sorotan paham radikalisme. Boleh berbangga bahwa seratus persen implementasi pancasila tanpa cacat adalah Papua. Tetapi jangan juga lupa bahwa di tengah-tengah euforia pluralisme, ada paham-paham radikal tertentu yang sedang merencanakan kejahatan demi kejahatan untuk melancarkan serangan demi serangan, guna meruntuhkan kerukunan umat beragama yang terus dan sudah terjalin sejak lama.

Untuk menjaganya agar Papua tetap tanah damai adalah dengan mengedepankan keikhlasan akhlak mulia untuk menjadikan diri sebagai pribadi yang sadar, yang taat beribadah dan bersedia berhimpun dalam data guna mencegah kehadiran pendatang baru dengan motif mengacaukan dinamisasi kerukunan umat beragama. Sebab ada kemungkinan besar ketika Kristen KTP merajalela dimana-mana maka tentu Papua bukan tanah yang damai. Papau tanah damai hanyalah slogan belaka yang terpampang sebagai tulisan tua. Seutuhnya Papua adalah neraka bagi penghuninya sebab tanpa mengamalkan kolom kekristenan di dalam KTP dengan kesadaran cermat berkelanjutan sebagai murid-murid kristus maka generasi ini sedang mendatangkan malapetakanya sendiri. Setidak-tidaknya kita mengapresiasi jasa penginjilan dan terus bebenah diri agar tidak menjadikan Papua neraka bagi kita dengan menghancurkan tatanan kekristenan kita. Jika belum merefleksi dan berbenah diri sebagai gereja Tuhan, maka suatu waktu kita jumpai maraknya dominasi kristen KTP dan boleh jadi salib Kristus di Papua bukan hanya retak sebagian melainkan patah dan hancur berkeping-keping.
https://kiripojok.wordpress.com/2016/05/02/mengambil-pelajaran-dari-sejarah-konflik-agama-di-maluku/
https://stpakambon.wordpress.com/membangun-kerukunan-dan-toleransi-antar-umat-beragama-di-maluku/


Semoga bermanfaat.
Salam damai.
Tetap damai di Papua.
Tuhan memberkati.
RDV

Comments

Popular posts from this blog

Kitalah Milenial Tulen

GOLDEN MEMORIES Indahnya generasi Yang lahir Tahun 1960-90an (yg usianya skrg 20an - 50an tahun) Sekedar anda tahu. Kita yg lahir di tahun 1960-70-80-90an, adalah generasi yg layak disebut generasi paling beruntung. Karena kitalah generasi yg mengalami loncatan teknologi yg begitu mengejutkan di abad ini, dg kondisi usia prima. ✌✊ Sebagian kita pernah menikmati lampu petromax dan lampu minyak, sekaligus menikmati lampu bohlam, TL, hingga LED Kitalah generasi terakhir yg pernah menikmati riuhnya suara mesin ketik. Sekaligus saat ini jari kita masih lincah menikmati keyboard dari laptop kita.  Kitalah generasi terakhir yg merekam lagu dari radio dg tape recorder (kadang pitanya mbulet) kita. Sekaligus kita juga menikmati mudahnya men download lagu dari gadget.  Kitalah generasi dg masa kecil bertubuh lebih sehat dari anak masa kini, karena lompat tali, loncat tinggi, petak umpet, gobak sodor, main kelereng, karetan,sumpit2an, galasin adalah permainan