Skip to main content

kemping paskah Yakotim Genyem

Satu untuk Semua. Semua untuk Satu. Slogan itu sudah sering terdengar. Kalimat itu tidak asing dan barangkali sudah familiar dalam kehidupan kita. Satu untuk Semua, Semua untuk Satu. Kalimat itu memiliki arti yang dalam bagi saya. Saya memiliki pemaknaan tersendiri dengan kalimat tersebut.
                Satu untuk semua. Dalam benak saya kalimat ini memiliki dua makna. Yang pertama satu mewakili Penguasa Alam, Allah dan semua untuk seluruh makhluknya di semesta raya ini. Allah memiliki kekuasaan mutlak untuk mengatur segalanya. Dialah yang memutuskan hidup-mati seseorang, mengatur seberapa banyak 'jatah' rejeki mereka. Kekuasaannya melingkupi seluruhnya. Tidak ada yang terlewat satupun. Bahkan meskipun itu hanyalah seekor kutu atau semut sekalipun.
                Makna yang kedua adalah satu untuk kita sebagai masing-masing individu dan semua untuk masyarakat yang hidup berdampingan dengan kita. Sebenarnya masyarakat disini tidak hanya manusia tapi seluruh makhluk bernyawa di sekitar kita. Kita sebagai manusia diciptakan tentunya bukan untuk merusak dan menghancurkan. Tetapi justru sebaliknya untuk memperbaiki dan memberi manfaat untuk sesama. Kehidupan kita yang hanya sekali ini memiliki nilai karena kemanfaatan kita. Untuk apa hidup di dunia jika keberadaannya hanya menyusahkan dan merepotkan orang lain?
                Semua untuk Satu. Semua dari kita, hidup dan kehidupan kita, semuanya sejatinya adalah milik-Nya dan untuk-Nya. Perbuatan kita, sikap kita, kerja keras kita bahkan senyum kita sekalipun seharusnya semuanya dalam koridor dan niatan untuk-Nya. Karena memang sudah seharunya dan sewajarnya kita sebagai makhluk tunduk dalam aturan main yang telah ditetapkan. Jadi, seluruh perbuatan dalam hidup kita selayaknya dipersembahkan hanya untuk Yang Maha Esa. Allah.
                Satu untuk Semua, Semua untuk Satu. Allah menganugerahkan kita kehidupan dengan segala perangkatnya kepada kita semua. Semua yang Allah berikan untuk kita menjadi modal untuk memberi kemanfaatan bagi sesama. Dan semua yang kita lakukan hanya diniatkan untuk Allah semata.

Shaloom....

Comments

Popular posts from this blog

Kitalah Milenial Tulen

GOLDEN MEMORIES Indahnya generasi Yang lahir Tahun 1960-90an (yg usianya skrg 20an - 50an tahun) Sekedar anda tahu. Kita yg lahir di tahun 1960-70-80-90an, adalah generasi yg layak disebut generasi paling beruntung. Karena kitalah generasi yg mengalami loncatan teknologi yg begitu mengejutkan di abad ini, dg kondisi usia prima. ✌✊ Sebagian kita pernah menikmati lampu petromax dan lampu minyak, sekaligus menikmati lampu bohlam, TL, hingga LED Kitalah generasi terakhir yg pernah menikmati riuhnya suara mesin ketik. Sekaligus saat ini jari kita masih lincah menikmati keyboard dari laptop kita.  Kitalah generasi terakhir yg merekam lagu dari radio dg tape recorder (kadang pitanya mbulet) kita. Sekaligus kita juga menikmati mudahnya men download lagu dari gadget.  Kitalah generasi dg masa kecil bertubuh lebih sehat dari anak masa kini, karena lompat tali, loncat tinggi, petak umpet, gobak sodor, main kelereng, karetan,sumpit2an, galasin adalah permainan

SALIB Kristus Retak di Papua Dalam Dominasi Kristen KTP

Kekristenan di tanah Papua sudah tentu bukan hal yang harus di ragukan.  Kekristenan di papua berawal sejak 05 Februari 1855, saat ucapan DENGAN NAMA TUHAN KAMI MENGINJAK TANAH INI oleh dua misionaris muda Jerman, yaitu Ottow dan Geisler di Pulau mansinam manokwari. Sejak saat itulah injil di mulai dan terus di kumandangkan ke seluruh pelosok negeri ini. Itulah awal peradaban penginjilan hingga 90 persen orang Papua menyatakan diri telah menjadi kristen dan di baptis.  Selama 164 tahun lamanya orang papua menjadi kristen dan terus bergerak dalam kekristenan yang serba luarbiasa dengan multivarian denominasi yang terus berhimpun dalam organisasi besar gerejawi, serta mewartakan injil Kristus di atas tanah Papua tercinta sampai Tuhan sang pemilik injil datang kembali. Jemaat Era Digital  Dalam konteks kehidupan bergereja di Papua belakangan ini boleh dikata mengalami deformasi dari dalam tubuh gereja itu sendiri, bermula dari menjamurnya jemaat dan pemuda kristen apatis